aku pernah jatuh. dan bukan hanya sekali. aku terjatuh bekali-kali. rasanya? tentu saja sakit. sakit sekali. 

aku jatuh pertama kali di sebuah lubang yang besar dan cukup dalam. lama aku terperosok di sana. menanti siapa pun untuk membantuku keluar dari sana. penantian itu tentu sia-sia. karena, aku hanya diam di lubang itu, tak berteriak meminta bantuan. ya, hanya menanti. membangun kepercayaan yang besar di dalam hati bahwa suatu saat nanti, akan ada uluran tangan, tali, atau apapun itu yang akan membantuku keluar dari lubang ini. lama aku menunggu. lama sekali.

sampai akhirnya, sesuatu yang bernama ‘waktu’, datang menjemputku. tidak. dia tidak lalu menolongku begitu saja. dia berkata padaku, ‘aku akan membantu mu, tapi kau juga harus membantu dirimu sendiri’.

sungguh, aku tak mengerti apa kata sang waktu. tapi, ia tak ingkar janji. sungguh, ia membantuku keluar dari lubang itu. dia juga membantuku menyembuhkan semua luka saat aku terjatuh ke dalam lubang itu. belum sempat ku ucap terimakasih, sang waktu pun pergi.

lama aku terdiam. ketakutan. takut untuk mulai berjalan lagi. aku takut terjatuh lagi. aku takut luka lagi. walaupun luka itu sudah kering, tapi rasa sakitnya masih sangat terasa.

tapi, sang waktu datang lagi.

dia berkata, ‘lihat lah di sana, ada sebuah taman kecil. banyak bunga-bunga berwarna-warni dan kupu-kupu cantik di sana’.

dan seketika itu pula, tanpa sadar kaki ku melangkah lagi. aku lupa dengan rasa sakit itu. yang ada dalam pikiranku, hanya taman itu. aku ingin ke sana. memastikan yang dikatakan sang waktu.

akhirnya, aku tiba di taman itu. memang benar, banyak bunga dan kupu-kupu di sana. aku senang sekali. aku berlari menyusuri taman itu.

tapi, aku tak hati-hati. aku tak melihat lubang itu. lubang itu terlalu dalam. seperti lubang sebelumnya. hanya saja sedikit lebih dangkal dari lubang sebelumnya.

tapi, aku tak mau menanti lagi. aku tak mau menunggu bantuan sang waktu atau siapa pun itu. aku mencoba keluar dari lubang itu. berkali-kali aku mecoba, berkali-kali pula aku terjatuh.

lalu sang waktu mengulurkan tangannya padaku. aku ragu untuk menyambutnya. aku malu. aku sudah terlalu sering merepotkannya.

tapi, ia berkata padaku ‘tidak apa-apa. setidaknya kau sudah berusaha, biarkan aku membantu mu’. ia lalu menarikku keluar dari sana. seperti biasa, belum sempat aku ucap terimakasih, dia pergi begitu saja.

dan ketakutan itu datang lagi. aku semakin takut untuk mencoba lagi. aku diam begitu lama. tak ingin pergi dari tempatku terpaku. aku tak ingin terjatuh lagi. aku tak ingin terluka lagi.

tapi, sang waktu datang lagi. ia bilang, ‘lihat lah ke sana, ada taman besar dan indah. banyak bunga dan kupu cantik di sana. ada kolam dengan banyak ikan-ikan lucu di sana. pergilah ke sana ..’

aku ragu. haruskah aku pergi? sungguh aku ingin ke sana. tapi, aku takut terjatuh lagi. pelan aku melangkahkan kaki ku. ragu. berat. setiap jejakkan itu mengandung keraguan.

entah kenapa aku terus melangkah. hingga aku tiba di taman itu. benar kata sang waktu, taman itu benar-benar indah. bahkan, aku tak ingin beranjak dari taman ini.

tapi, aku hanya melihat keindahan taman itu dari sini. dari luar gerbang. aku tak berani masuk, meski pintu gerbang terbuka lebar. meski penjaga taman telah mempersilahkan ku masuk.

aku takut. sungguh, aku takut. aku takut terjatuh lagi.

kini, aku hanya terpaku di luar. memandang keindahan itu. meski besar hasrat untuk menyusuri taman itu, ketakutan akan terjatuh lagi jauh lebih besar melingkupi.

aku akan masuk ke sana. pasti. tapi, tidak sekarang. entah kapan. biarlah aku menunggu di sini. sampai aku benar-benar yakin.

kapankah itu? entahlah. jangan tanya aku.

panggilkan sang waktu. aku ingin dia yang meyakinkan ku.